This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Peran Ilmu Geografi dalam Trilogi Nawacita Jokowi-JK

Peran Ilmu Geografi dalam Trilogi Nawacita
Oleh: Borkat Daulay / 1206257065

Presiden dan Wakil Presiden Indonesia Joko Widodo dan Jusuf Kalla memiliki sembilan agenda prioritas untuk mewujudkan visi dan misi mereka. Agenda ini disebut sebagai Nawa Cita. Berdasarkan dokumen yang dipublikasikan KPU, pasangan Jokowi-JK mengusung visi bertema "Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong". Adapun sembilan agenda itu adalah:

  1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga negara, melalui politik luar negeri bebas aktif, keamanan nasional yang terpercaya  dan pembangunan pertahanan negara Tri Matra terpadu yang dilandasi kepentingan nasional dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim.
  2. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya,  dengan memberikan prioritas pada upaya memulihkan kepercayaan publik pada institusi-institusi demokrasi dengan melanjutkan konsolidasi demokrasi melalui reformasi sistem kepartaian, pemilu, dan lembaga perwakilan.
  3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan
  4. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.
  5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia melalui peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan dengan program “Indonesia Pintar”; serta peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan program “Indonesia Kerja” dan “Indonesia Sejahtera” dengan mendorong land reform dan program kepemilikan tanah seluas 9 hektar, program rumah kampung deret atau rumah susun murah yang disubsidi serta jaminan sosial untuk rakyat di tahun 2019
  6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.
  7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik
  8. Melakukan revolusi karakter bangsa melalui kebijakan penataan kembali kurikulum pendidikan nasional dengan mengedepankan aspek pendidikan kewarganegaraan, yang menempatkan secara proporsional aspek pendidikan, seperti pengajaran sejarah pembentukan bangsa, nilai-nilai patriotisme dan cinta Tanah Air, semangat bela negara dan budi pekerti di dalam kurikulum pendidikan Indonesia.
  9. Memperteguh kebhinnekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia melalui kebijakan memperkuat pendidikan kebhinnekaan dan menciptakan ruang-ruang dialog antar warga.
Di Indonesia, fakta menunjukkan bahwa negara ini terdiri dari ribuan pulau, sumberdaya terpencar tidak merata serta penduduknya banyak tetapi juga tidak merata. Dengan demikian secara nasional yang menjadi masalah utama adalah pemerataan persebaran penduduk untuk dapat memanfaatkan sumberdaya. Perataan dalam hal ini tentu saja tidak hanya secara kuantitatif saja tetapi juga perataan penduduk dalam hal kualitas manusianya.
Kontribusi ilmu geografi dalam ikut memecahkan masalah tersebut dilakukan secara terpadu (integrated). Terpadu dalam hal ini antara lain dapat dilakukan analisis secara keruangan, analisis ekologi, dan analisis wilayah. Pendekatan secara terpadu (Integrated approach) dalam ilmu geografi bukan berarti meninggalkan struktur geografi ortoks yang sudah ada, tetapi menyatukan yang telah ada dan digunakan secara bersama-sama. Oleh karena itu tidak lagi menangani suatu permasalahan hanya mengandalkan ilmu-ilmu geografi fisik (physical geography) saja, ilmu geografi manusia (human geography) saja, geografi regional (regional geography) saja ataupun hanya dengan geografi teknik.
Oleh karena itu ilmu geografi di sini sangat berperan dalam merencanakan pengembangan suatu wilayah. Masalahnya hanya maukah orang lain dalam hal ini pemerintah dan masyarakat menerimanya? Atau mampukah para geografi menyumbangkan ilmunya dengan baik untuk pembangunan negeri ini ?

Daftar Pustaka:

  1. Purwanta, Suhadi. Aplikasi Ilmu Geografi dalam Perencanaan Pembangungan Nasional. staff.uny.ac.id
  2. KPU 2014. melalui http://kpu.go.id/koleksigambar/VISI_MISI_Jokowi-JK.pdf, diakses pada tgl 19 mei 2015.

Sand Dunes (Gumuk Pasir) di Pantai Parangtritis

  1. Pengertian Sand Dune (Gumuk Pasir)
Gumuk Pasir atau Sand Dunemerupakan sebuah bentukan alam karena proses angin disebut sebagai bentang alam eolean (eolean morphology). Angin yang membawa pasir akan membentuk bermacam-macam bentuk dan tipe gumuk pasir. Bentang alam (morphology) ini sering dijumpai di daerah gurun. Namun menariknya walaupun Indonesia ini beriklim tropis yang banyak hujan ternayat ada juga daerah di Indonesia yang memiliki bentang alam yang unik ini.
Gumuk pasir adalah gundukan bukit atau igir dari pasir yang terhembus angin. Gumuk pasir dapat dijumpai pada daerah yang memiliki pasir sebagai material utama, kecepatan angin tinggi untuk mengikis dan mengangkut butir-butir berukuran pasir, dan permukaan tanah untuk tempat pengendapan pasir, biasanya terbentuk di daerah arid (kering).
Gumuk pasir cenderung terbentuk dengan penampang tidak simetri. Jika tidak ada stabilisasi oleh vegetasi gumuk pasir cenderung bergeser ke arah angina berhembus, hal ini karena butir-butir pasir terhembus dari depan ke belakang gumuk. Gerakan gumuk pasir pada umumnya kurang dari 30 meter pertahun.
Bentuk gumuk pasir bermacam-macam tergantung pada faktor-faktor jumlah dan ukuran butir pasir, kekuatan dan arah angin, dan keadaan vegetasi. Bentuk gumuk pasir pokok yang perlu dikenal adalah bentuk melintang (transverse), sabit (barchan), parabola (parabolic), dan memanjang (longitudinal dune).
Secara global gumuk pasir merupakan bentuklahan bentukan asal proses angin (aeolian). Bentuklahan bentukan asal proses ini dapat berkembang dengan baik apabila terpenuhi persyaratan sebagai berikut :
  1. Tersedia material berukuran pasir halus hingga kasar dalam jumlah yang banyak.
  2. Adanya periode kering yang panjang dan tegas.
  3. Adanya angin yang mampu mengangkut dan mengendapkan bahan pasir tersebut.
  4. Gerakan angin tidak banyak terhalang oleh vegetasi maupun obyek lain.

Gumuk Pasir Parangtritis
Gumuk pasir yang terdapat dalam kawasan wisata Pantai Parangtritis yang berada di Desa Parangtritis, berjarak kurang lebih 27 kilometer di sebelah selatan Kota Yogyakarta dan 13 kilometer dari pusat kecamatan Kretek Bantul DIY. Kawasan Parangtritis dibatasi oleh aliran Sungai Opak di bagian barat laut dan utara, perbukitan Parangtitis (formasi Wonosari) di sebelah utara-timur laut, serta samu- dra Indonesia di bagian selatan. Berdasarkan topografinya, kawasan Parang-tritis dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu dataran rendah yang meliputi wilayah daerah aliran sungai dan muara Sungai Opak, wilayah sepanjang garis pantai, serta dataran tinggi yang meliputi per- bukitan Parangtritis (formasi Wono- sari) yang membentang dari daerah Bibis di bagian utara hingga daerah Parangendok-Gambirowati di bagian selatan.
Keunikan gumuk pasir di DIY ini adalah terdapat di daerah beriklim tropis, banyak hujan dan cenderung basah, sedangkan gumuk pasir biasanya terjadi daerah kering. Angin yang membawa pasir dari pantai akan membentuk bermacam- macam bentuk dan tipe gumuk pasir, yang dipengaruhi oleh faktor arah angin dan material penghalang proses pembentukan berupa vegetasi

(Nanti ada Gambar)

Kenampakan Gumuk Pasir Parangtritis
Di daerah-daerah pantai beriklim tropis biasanya jarang dijumpai adanya gumuk pasir. Demikian pula halnya dengan wilayah Kepulauan Indonesia yang beriklim tropis, di daerah pantainya jarang terbentuk gumuk pasir pantai. Dengan terdapatnya gumuk pasir di Pantai Parangtritis dapat dianggap sebagai pengecualian ataupun keistimewaan tersendiri.Klasifikasi gumuk pasir pada umumnya didasarkan pada segi morfologi atau bentuknya, atau keadaan butiran material pasir, tekstur dan strukturnya. Dengan demikian berdasarkan kriteria itu, morfologi, tekstur dan strukturnya, dapat diinterpretasikan ataupun ditentukan arah dan kekuatan angin yang membentuk gumuk pasir tersebut.
  1. Barchan dune, gumuk pasir ini bentuknya menyerupai bulan sabit dan terbentuk pada daerah yang tidak memiliki barrier. Besarnya kemiringan lereng daerah yang menghadap ke arah datangnya angina, akan memiliki slope atau kemiringan lereng yang lebih landai dibandingkan dengan kemiringan lereng daerah yang membelakangi angina (slip face), sehingga apabila dibuat penampang melintang, akan menghasilkan bentuk penampang yang tidak simetri dan mempunyai ketinggian antara 5-17 m. Gumuk pasir ini merupakan perkembangan, karena proses eolian tersebut terhalangi oleh adanya beberapa tumbuhan, sehingga terbentuklah gumuk pasir seperti ini, dan daerah yang menghadap angin lebih landau, dibandingkan dengan kemiringan lereng daerah yang membelakangi angin
Screen shot 2015-04-09 at 1.25.38 PM.png
Barchan dune
  1. Gumuk pasir transversal terbentuk di daerah yang tidak berpenghalang dan memiliki banyak cadangan pasirnya. Bentuknya melintang memanjang, menyerupai ombak di lautan dan tegak lurus terhadap arah angina.
Screen shot 2015-04-09 at 1.25.09 PM.png
Transversal dune
  1. Awalnya, gumuk pasir ini hanya beberapa saja, kemudian karena proses eolian yang terus menerus berlangsung dengan material pasir yang cukup, maka terbentuklah bagian yang lain dari gumuk pasir ini dan menjadi sebuah koloni atau kumpulan dari beberapa gumuk pasir yang memiliki tipe yang sama. ada daerah penelitian, gumuk pasir ini terletak pada koordinat E 1100 E 19’ 0,6’’ dan S 080 E 080 01’ 0,44’’ dengan elevasi 17 m dari permukaan laut. Gumuk pasir transversal ini akan berkembang menjadi bulan sabit apabila pasokan pasirnya berkurang.

Morfologi

Secara garis besar, ada dua tipe gumuk pasir, yaitu free dunes (terbentuk tanpa adanya suatu penghalang) dan impedeed Dunes (yang terbentuk karena adanya suatu penghalang.Beberapa tipe gumuk pasir:
  • Gumuk Pasir Tipe Barchan (barchanoid dunes)
Gumuk pasir ini bentuknya menyerupai bulan sabit dan terbentuk pada daerah yang tidak memiliki barrier. Besarnya kemiringan lereng daerah yang menghadap angin lebih landai dibandingkan dengan kemiringan lereng daerah yang membelakangi angin, sehingga apabila dibuat penampang melintang tidak simetri. Ketinggian gumuk pasir barchan umumnya antara 5 – 15 meter. Gumuk pasir ini merupakan perkembangan, karena proses eolin tersebut terhalangi oleh adanya beberapa tumbuhan, sehingga terbentuk gumuk pasir seperti ini dan daerah yang menghadap angin lebih landai dibandingkan dengan kemiringan lereng daerah yang membelakangi angin.

  • Gumuk Pasir Melintang (transverse dune)
Gumuk pasir ini terbentuk di daerah yang tidak berpenghalang dan banyak cadangan pasirnya. Bentuk gumuk pasir melintang menyerupai ombak dan tegak lurus terhadap arah angin. Awalnya, gumuk pasir ini mungkin hanya beberapa saja, kemudian karena proses eolin yang terus menerus maka terbentuklah bagian yang lain dan menjadi sebuah koloni. Gumuk pasir ini akan berkembang menjadi bulan sabit apabila pasokan pasirnya berkurang.

  • Gumuk Pasir Parabolik
Gumuk pasir ini hampir sama dengan gumuk pasir barchan akan tetapi yang membedakan adalah arah angin. Gumuk pasir parabolik arahnya berhadapan dengan datangnya angin. Awalnya, mungkin gumuk pasir ini berbentuk sebuah bukit dan melintang, tetapi karena pasokan pasirnya berkurang maka gumuk pasir ini terus tergerus oleh angin sehingga membentuk sabit dengan bagian yang menghadap ke arah angin curam.

  • Gumuk Pasir Memanjang (linear dune)
Gumuk pasir memanjang adalah gumuk pasir yang berbentuk lurus dan sejajar satu sama lain. Arah dari gumuk pasir tersebut searah dengan gerakan angin. Gumuk pasir ini berkembang karena berubahnya arah angin dan terdapatnya celah diantara bentukan gumuk pasir awal, sehingga celah yang ada terus menerus mengalami erosi sehingga menjadi lebih lebar dan memanjang.

  • Gumuk Pasir Bintang (star dune)
Gumuk pasir bintang adalah gumuk pasir yang dibentuk sebagai hasil kerja angin dengan berbagai arah yang bertumbukan. Bentukan awalnya merupakan sebuah bukit dan disekelilingnya berbentuk dataran, sehingga proses eolin pertama kali akan terfokuskan pada bukit ini dengan tenaga angin yang datang dari berbagai sudut sehingga akan terbentuk bentuklahan baru seperti bintang. Bentuk seperti ini akan hilang setelah terbentuknya bentukan baru disekitarnya.

  • Tipe Impedeed Dunes
a) Blowout
Bentuk : Terdapat penutup lahan (misal : vegetasi) disekitar cekungan. Terbentuk karena deflasi local.

b) Echo dunes
Bagian tepi yang memanjang, terpisah dari topografi penghalang.Proses pembentukan : akumulasi pada zone perputaran aliran angin karena zone penghalang.




Aspek spatial (keruangan) Gumuk Pasir Parangtritis

Seperti telah kita ketahui sebelumnya, bahwa gumuk pasir atau sand dune adalah bentukan yang terbentuk oleh akitivitas angin (eolin). Angin yang membawa pasir dan kemudian mengendapkannya akan membentuk berbagai macam tipe bentuk gumuk pasir. Pada umumnya, gumuk pasir terbentuk pada daerah gurun, namun uniknya di Indonesia yang beriklim tropis dengan curah hujan yang tinggi memiliki bentukan gumuk pasir tersebut. Oleh karena itu, gumuk pasir yang terdapat di pantai selatan Jawa tersebut merupakan satu-satunya di Indonesia. Terbentuknya gumuk pasir di pantai selatan tersebut merupakan hasil proses yang dipengaruhi oleh angin, Gunung Merapi, Graben Bantul, Serta Sungai Opak dan Progo.

Pengaruh dari Gunung Merapi
Material yang ada pada gumuk pasir di pantai selatan Jawa berasal dari Gunung Api Merapi dan gunung gunung api aktif lain yang ada di sekitarnya. Material berupa pasir dan material piroklastik lain yang dikeluarkan oleh Gunung Merapi. Akibat proses erosi dan gerak massa bautan, material kemudian terbawa oleh aliran sungai, misalnya pada  Kali Krasak, Kali Gendol, dan Kali Suci. Aliran sungai kemudian mengalirkan material tersebut hingga ke pantai selatan.

Pengaruh angin
Kekuatan angin sangat berpengaruh terhadap pembentukan gumuk pasir, karena kekuatan angin menentukan kemampuannya untuk membawa material yang berupa pasir baik melalui menggelinding (rolling), merayap, melompat, maupun terbang. Karena adanya material pasir dalam jumlah banyak serta kekuatan angin yang besar, maka pasir akan membentuk berbagai tipe gumuk pasir, baik free dunes maupun impended dunes. .Pada pantai selatan jawa, angin bertiup dari arah tenggara, hal ini menyebabkan sungai-sungai pada pantai selatan membelok ke arah kiri jika dilihat dari Samudra Hindia. Selain itu, karena arah tiupan angin tersebut, maka gumuk pasir yang terbentuk menghadap ke arah datangnya angin.

Citra daerah gumuk pasir parangtritis yang menunjukkan adanya pengaruh angin muson tenggara. ( Sumber : wikimapia.org, 2008)

Pengaruh Sungai.
Pembentukan gumuk pasir pada pantai selatan dipengaruhi oleh adanya beberapa aliran sungai, yaitu Sungai Opak-Oyo pada bagian timur dan sungai Progo pada bagian barat. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa material dari Merapi terbawa oleh aliran sungai di sekitarnya, sungai-sungai tersebut kemudian menyatu membentuk orde sungai yang lebih besar hingga menyatu membentuk sungai Opak, Oyo, dan Progo. Setelah material pasir sampai ke laut, terdapat interverensi dari ombak laut sehingga material mengendap pada pantai selatan dan selanjutnya diterbangkan oleh angin. Pada pantai selatan Jawa, material tersebut tidak diendapkan pada bagian depan dari sungai yang pada akhirnya membentuk delta, hal ini disebabkan karena kuatnya arus dan gelombang laut pantai selatan serta arahnya yang berasal dari tenggara menyebabkan material terendapkan pada bagian barat sungai.

Pengaruh Graben Bantul
Zona selatan Jawa merupakan plato yang mirining ke arah selatan menuju Samudra Hindia dan di sebelah utara banyak tebing patahan. Sebagian plato ini telah banyak terkikis sehingga kehilangan bentuk platonya. Pada daerah Jawa Tengah dan DIY, sebagian daerah tersebut telah berubah menjadi dataran alluvial, Salah satunya adalah yang terjadi pada daerah bantul yang berupa graben. Graben adalah blok patahan yang mengalami penurunan diantara dua blok patahan yang naik yang disebut dengan horst. Pada bagian timur graben, terdapat Perbukitan Batur Agung, sedangkan pada bagian barat terdapat Perbukitan Manoreh.  Akibat adanya patahan tersebut, maka batuan pada zona pertemuan kedua blok tersebut menjadi lemah sehingga mudah tererosi dan pada akhirnya membentuk sungai yang disebut dengan sungai patahan yang ditemui misalnya pada Sungai Opak-Oyo.Salah satu ciri sungai patahan yang diamati adalah adanya kelurusan sungai pada sepanjang garis patahan.

(Pantai Parangtritis)

Aspek Sosio-Culture Pantai Parangtritis dan Sekitarnya

Wilayah Pantai Parangtritis meliputi pantai Parangtritis dengan panorama alam yang ditonjolkan sebagai objek utama, Pantai parangkusumo dengan penonjolan objek budaya dan religius, serta Pantai depok dengan pariwisata kuliner yang dominan. Hal ini kemudian membentuk spatial synergism dan spatial association yang sangat baik.

Spatial synergism adalah bentuk hubungan spatial (keruangan) antara beberapa ruang atau tempat sehingga menimbulkan statu manfaat yang lebih jira dibandingkan apabila setiap ruang itu berdiri sendiri. Dalam hal ini beberapa objek wisata yang berbeda dan menjadi satu paket wisata dalam satu wilayah yang dekat menyebabkan pantai parangtritis menjadi objek wisata yang lengkap sehingga lebih menarik untuk dikunjungi.

Spatial association adalah bentuk hubungan spatial (keruangan) antara beberapa ruang atau tempat yang saling mendukung satu sama lain. Dalam hal ini keberadaan pantai depok menjadi pendukung pariwisata parangtritis dan sebaliknya.

Pantai parangkusumo ini dikenal sebagai wisata budaya yang terkait dengan adanya tempat yang diyakinmi sebagai tempat bertemunya raja mataramn dengan Nyai Roro Kidul pada masa lampau. Selain itu ada pula tempat berupa makam dari Syeh Maulana Maghribi dan Syeh Belabelu yang juga menjadi tempat peziarahan. Penduduk utamanya bermatapencaharian di bidang jasa pariwisata baik perdagangan ataupun menyewakan penginapan. Permasalahan yang kemudian timbul di sini adalah maraknya praktek prostitusi.

Hidrologi kawasan ini tidak cukup baik. Meskipun relatif dangkal, tetapi karena materi pasir memeliki kemampuan meloloskan air tinggi sehingga tidak ada aliran permukaan yang dapat di manfaatkan sebagai sumber air kecuali sungai Opak. Perkembangan pariwisata yang pesat dapat saja menyebabkan banyaknya air tanah yang diambil di daerah pesisir ini sehingga dapat menyebabkan intrusi air laut. Selain itu aktivitas ini juga menyebabkan semakin banyaknya limbah baik yang berupa sampah ataupun sisa hasil konsumsi manusia lainnya.
Kesimpulan:
  1. Pantai Parangtritis merupakan ekosistem pantai yang bergumuk pasir hanya terdapat satu-satunya di Asia tenggara
  2. Material penyusunnya berupa batuan pasir, prosesnya dipengaruhi gaya eksogen (pelapukan) yang dilakukan oleh air dan angin.
  3. Gumuk pasir bermanfaat dalam menjaga keseimbangan ekosistem pantai dan sebagai penahan abrasi air laut secara alami..

Daftar Pustaka:

  1. Purnamawati, Dwi Indah & Wunda, Ferdinandus. 2012. Analisis dan Kekuatan Angin Pembentukan Barchan Dune dan Transveral Dune di Pantai Parangtritis, Provinsi DIY Berdasarkan Data Geologi. Prosiding Seminar Nasional Apllikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III Yogyakarta.
  2. Geoenviron.2011.Gumuk Pasir (sand dunes). Tersedia http://geoenviron.blogspot.com/2011/11/gumuk-pasir- sand-dunes.html
  3. Environmental Studies Web Blog, tersedia  di http://udhnr.blogspot.com/2009/01/gumuk-pasir-atau-sand-dunes.html

OSEANOGRAFI

OSEANOGRAFI
  1. Pengertian dan Sejarah Oseanografi
Oseanografi (berasal dari bahasa Yunani oceanos yang berarti laut dan graphos yang berarti gambaran atau deskripsi juga disebut oseanologi atau ilmu kelautan) adalah cabang dari ilmu bumi yang mempelajari segala aspek dari samudera dan lautan. Secara sederhana oseanografi dapat diartikan sebagai gambaran atau deskripsi tentang laut.
Dalam bahasa lain yang lebih lengkap, oseanografi dapat diartikan sebagai studi dan penjelajahan (eksplorasi) ilmiah mengenai lautLaut sendiri adalah bagian dari hidrosfer.
Oseanografi, yogi suardi
Seperti diketahui bahwa bumi terdiri dari bagian padat yang disebut litosfer, bagian cair yang disebut hidrosfer dan bagian gas yang disebut atmosfer. Sementara itu bagian yang berkaitan dengan sistemekologi seluruh makhluk hidup penghuni planet Bumi dikelompokkan ke dalam biosfer. dan segala fenomenanya.
Para ahli oseanografi mempelajari berbagai topik, termasuk organisme laut dan dinamika ekosistem;arus samudera, ombak, dan dinamika fluida geofisika; tektonik lempeng dan geologi dasar laut; dan aliran berbagai zat kimia dan sifat fisik didalam samudera dan pada batas-batasnya. Topik beragam ini menunjukkan berbagai disiplin yang digabungkan oleh ahli oceanografi untuk memperluas pengetahuan mengenai samudera dan memahami proses di dalamnya: biologi, kimia, geologi, meteorologi, dan fisika.
Beberapa sumber lain berpendapat bahwa ada perbedaan mendasar yang membedakan antara oseanografi dan oseanologi. Oseanologi terdiri dari dua kata (dalam bahasa Yunani) yaitu oceanos (laut) dan logos (ilmu) yang secara sederhana dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang laut. Dalam arti yang lebih lengkap, oseanologi adalah studi ilmiah mengenai laut dengan cara menerapkan ilmu-ilmu pengetahuan tradisional seperti fisika, kimia, matematika, dan lain-lain ke dalam segala aspek mengenai laut.
Oseanografi adalah bagian dari ilmu kebumian atau earth sciences yang mempelajari laut,samudra beserta isi dan apa yang berada di dalamnya hingga ke kerak samuderanya. Secara umum, oseanografi dapat dikelompokkan ke dalam 4 (empat) bidang ilmu utama yaitu: geologi oseanografi yang mempelajari lantai samudera atau litosfer di bawah laut; fisika oseanografi yang mempelajari masalah-masalah fisis laut seperti arus, gelombang, pasang surut dan temperatur air laut; kimia oseanografi yang mempelajari masalah-masalah kimiawi di laut, dan yang terakhir biologi oseanografi yang mempelajari masalah-masalah yang berkaitan dengan flora dan fauna atau biota di laut.
Studi menyeluruh (komprehensif) mengenai laut dimulai pertama kali dengan dilakukannya ekspedisi Challenger (1872-1876) yang dipimpin oleh naturalis bernama C.W. Thomson (yang berkebangsaan Skotlandia) dan John Murray (yang berkebangsaan Kanada). Istilah Oseanografi sendiri digunakan oleh mereka di dalam laporan yang diedit oleh Murray. Selanjutnya Murray menjadi pemimpin dalam studi berikutnya mengenai sedimen laut. Keberhasilan dari ekspedisi Challengerilmu pengetahuan tentanglaut dalam perkapalan/perhubungan laut, perikanan, kabel laut dan studi mengenai iklim akhirnya membawa banyak negara untuk melakukan ekspedisi-ekspedisi berikutnya. Organisasi oseanografi internasional yang pertama kali didirikan adalah The International Council for the Exploration of the Sea (1901). dan pentingnya .

  1. CABANG-CABANG OSEANOGRAFI
Oseanografi dapat didefenisikan secara sederhana sebagai suatu ilmu yang mempelajari lautan. Ilmu ini semata-mata bukanlah merupakan ilmu yang murni, tetapi m erupakan perpaduan dari bermacam-macam ilmu dasar yang lain. Ilmu-ilmu lain yang termasuk di dalamnya ialah ilmu tanah (geology), ilmu bumi (geography), ilmu fisika (physics), ilmu kimia (chemistry), ilmu hayat (biology) dan ilmu iklim (meteorology) (Hutabarat, 2008).
Imu oseanografi dibagi menjadi beberapa cabang:
  1. SEJARAH OSEANOGRAFI DI INDONESIA
Penenlitian oseanografi di indonesia pertama kali dimulai pada tahun 1904 ketika Koningsbenser mendirikan sebuah laboratorium perikanan di jakarta. Pada tahun 1919, laboratorium ini dirubah menjadi sebuah laboratorium Biologi laut. Setelah ini mengalami beberapa kali perubahan nama mulai dari Lembaga Penelitian Laut, menjadi Lembaga Sumber lautan, dan lalu berubah menjadi Lembaga Penelitian laut yang akhirnya pada tahun 1970 berubah nama menjadi Lembaga Oseanologi Nasional.
Lembaga ini sekaramng sudah mempuanyai stasiun penelitian yang berjalan dengan baik. Di mana dilengkapi dengan peralatan laboratorium dan kapal-kapal peneliti yang telah melakukan beberapa kali penelitian terhadap kondisi perairan di sekitarnya. Di antara aktivitas-aktivitas ini antara lain adalah ekspedisi Rumphius yang telah melakukan serangkaian penelitian. Lembaga ini juga mempunyai sebuah laboratorium lapangan di Pulau Pari yang merupakan salah satu bagian dari kepulauan Seribu yang terletak di teluk Jakarta (Hutabarat dan Evans, 1985).

Indonesia sebagai negara kepulauan yang terletak diantara samudera Fasifik dan Hindia jelas memerlukan riset kelautan untuk mengungkap berbagai fenomena dan mengidentifikasi sumber daya laut yang dimiliki secara akurat. Indonesia telah melengkapi perangkat teknologi dengan kapal-kapal riset. Lembaga-lembaga negara yang berhubungan dengan matra laut seperti Dinas Hidro Oseanografi-Angkatan Laut, LIPI, dan BPPT memang telah memiliki kapal-kapal riset. Tetapi, kapal riset yang ada belum sebanding dengan luasnya kawasan lautan Indonesia (Supangat dan Susanna, 2008)